Vampire Stories X Episode 8 Bayangan di Antara Dua Dunia
Waktu dalam cerita: Malam Ke-284 Hari
Tempat: Kastil Elvaron, ruang latihan, desa manusia “Harthval”
Latihan Tanpa Ampun
Hari-hari X kini sepenuhnya berubah. Ia tak lagi membersihkan darah di lantai, tak lagi membawa baki untuk pesta para vampir. Kini ia adalah Bayangan Darah — seorang agen, pelindung, dan mata-mata untuk kerajaan vampir.
Namun pelatihan belum selesai.
X telah menguasai teknik menghilang dalam bayangan dan refleks yang melebihi manusia. Tapi satu hal yang ia pelajari terakhir — pertempuran tanpa senjata.
Setiap malam ia dilempar ke dalam arena pelatihan, dikelilingi oleh patung darah, dan dihadapkan dengan vampir muda lain dalam pertempuran tangan kosong.
Pukulan. Tendangan. Cakaran.
X bukan yang terkuat. Tapi ia yang paling licik dan tahan banting.
Master Koral sering berkata:
“Kemenangan bukan soal kekuatan. Tapi soal bertahan hingga musuh kehilangan kesabaran.”
Dan X bertahan. Selalu.
Serangan Iseng yang Serius
Suatu malam, saat pelatihan selesai dan X sedang membasuh darah kering dari bajunya, ia merasakan angin dingin di belakang.
Tanpa berpikir, ia langsung membalikkan tubuh, menunduk, dan menghentakkan sikunya ke belakang.
CLANG! — lengan bawahnya bertabrakan dengan lengan ramping Elhira yang mengenakan mantel malam.
“Owh, cepat juga!” ucap Elhira sambil tertawa, melompat ke belakang.
“Kupikir kau akan kena!”
X menghela napas.
“Berapa kali kau akan menyelinap dari belakangku, huh?”
“Sampai kau benar-benar bisa menangkapku,” balas Elhira dengan senyum nakal.
“Tapi... ada yang aneh, X.”
“Apa lagi?” X memutar matanya.
“Kau belum bisa berubah,” katanya serius.
“Setiap vampir darah bangsawan biasanya sudah bisa memunculkan bentuk sejatinya di tahap ini. Bahkan sayap pun belum tumbuh.”
X termenung. Ia melihat ke tangannya sendiri. Kuku-kuku tajam itu bergetar kecil… tapi tak ada tanda sayap, tanduk, atau ekor.
“Iya, aku merasa... aku belum lengkap. Rasanya seperti... separuh jiwaku tidur.”
Elhira mendekat, menatap wajah X dari dekat.
“Kau... mungkin belum menyerah sepenuhnya pada sisi vampirmu.”
“Atau mungkin aku terlalu manusia,” bisik X.
Misi Pertama
Seminggu kemudian, saat X tengah berlatih senjata ringan di halaman kastil, Raja Vampir memanggilnya ke ruang takhta.
Di sana, sang raja duduk di singgasananya dengan mata tertutup, seolah sedang mendengarkan sesuatu yang tak bisa didengar siapa pun.
“X. Waktumu tiba.”
“Untuk apa?”
“Misi pertamamu.”
Raja membuka mata. Mereka bersinar merah terang.
“Ada gerakan mencurigakan di desa manusia bernama Harthval, di kaki gunung. Para pemburu vampir diyakini berkumpul diam-diam di sana. Aku ingin kau masuk, mengamati, dan melapor. Tidak membunuh, tidak terlibat. Hanya... mengawasi.”
X menyentuh dadanya, lalu membungkuk sedikit.
“Saya mengerti.”
Sebelum pergi, sang Raja menambahkan:
“Hati-hati. Dunia manusia bukan lagi duniamu. Tapi mereka belum tahu siapa kau sekarang.”
Perjalanan Menuju Dunia Lama
Malam berikutnya, X mengenakan jubah panjang dengan tudung gelap. Elhira menemaninya hingga pintu gerbang kastil.
“Kau yakin siap?” tanyanya.
“Jika mereka tahu apa kau sekarang…”
“Aku akan bertahan,” sahut X.
Elhira menggenggam lengannya.
“Dan... jika kau berubah saat di sana... jangan kehilangan kendali.”
X tersenyum tipis.
“Aku lebih takut kehilangan akal sehatku di sekitarmu daripada di desa manusia.”
Elhira tertawa kecil, lalu memalingkan wajah.
“Hati-hati, X. Dunia di luar... lebih kejam daripada monster di sini.”
Desa Harthval
Desa itu tidak berubah sejak X terakhir kali mengingat kehidupan manusia. Rumah-rumah kayu berderet seperti tulang belakang naga mati. Asap tipis mengepul dari cerobong. Suara alat pandai besi terdengar dari kejauhan.
X berjalan di antara bayang-bayang, menghindari cahaya obor.
Ia menyamar sebagai pelancong. Wajahnya dibalut kain, dan matanya diturunkan dengan bayangan tudung.
Namun instingnya mulai memanas.
Setiap kali ia melihat manusia... ia mencium darah mereka.
Leher. Pergelangan tangan. Detak jantung.
“Fokus, X...”
“Jangan biarkan nalurimu mengambil alih.”
Pengintaian dan Bisikan Gelap
Malam kedua di Harthval, X mengintai dari atap sebuah penginapan. Ia melihat empat orang berkumpul di ruang bawah tanah tua — mengenakan jubah coklat gelap dengan tanda salib perak terbalik di dada.
“Pemburu vampir. Vigil garis keras.”
Mereka menyebut nama: “Elvaron.”
“Raja vampir akan melemah jika kita menyerang pembawa darah barunya.”
“Anak vampir itu... Elhira. Kita incar dia dulu.”
X mengepalkan tangan.
“Mereka... ingin membunuh Elhira?”
Amarahnya mendidih. Tapi ia harus diam.
Ia menulis semuanya dalam kode rahasia yang diajarkan Master Koral dan mengirimkan pesan melalui kelelawar khusus.
Namun malam itu, saat kembali ke penginapan, ia melihat cermin kecil di sudut dinding.
Ia menatapnya.
Bayangannya... samar.
“Aku… hampir tak terlihat…”
Dan untuk pertama kalinya, matanya bersinar merah… tanpa ia sadari.
Ilustrasi Momen Cerita Saat Ini
Gambaran X berdiri di atap rumah kayu desa, mengenakan tudung gelap, matanya bersinar samar merah, tangan memegang catatan rahasia. Di kejauhan, siluet para pemburu vampir berkumpul, dan di balik bayang, cermin tua mencerminkan sosok X yang setengah transparan.
To Be Continued
Episode Selanjutnya
https://squfi.blogspot.com/2025/10/vampire-stories-x-episode-9-misi-pertama.html
.png)
0 Response to "Vampire Stories X Episode 8 Bayangan di Antara Dua Dunia"
Post a Comment