Vampire Stories X Episode 7 Darah Baru, Dunia Baru
Waktu dalam cerita: Malam ke-270
Tempat: Kastil Elvaron – Kamar Elhira, Balai Takhta, Sayap Dalam Ruang Pelatihan Tertutup
Perubahan
Sudah beberapa bulan sejak X sadar dari tidurnya yang panjang.
Malam itu, saat ia duduk di tepi ranjang sambil menggenggam cangkir darah hangat (yang sekarang terasa biasa di lidahnya), ia menyadari sesuatu yang aneh:
Kuku-kukunya.
Kukunya tampak lebih panjang dari biasanya, hitam kemerahan, dan bentuknya meruncing seperti cakar. Ketika ia coba memotongnya dengan pisau dapur, kuku itu tumbuh kembali dalam hitungan menit.
“Aneh…”
Ia melangkah menuju cermin tua di kamar, mengamati matanya.
Kelopak matanya sedikit menghitam, pupilnya membelah sedikit seperti mata predator malam.
“Apa ini…?”
Saat itulah Elhira masuk ke kamar dengan membawa pakaian baru di lengannya. Ia menghentikan langkahnya, lalu menatap tajam wajah X.
“X…”
“Apa?” X menatap balik dari cermin.
“Auramu… terasa berbeda.”
X mengangkat alis.
“Mungkin aku baru bangun dari koma selama tiga hari. Biasanya itu membuat siapa pun terasa ‘berbeda’, kan?”
Elhira mendekat, menatap matanya.
“Matamu… kukumu… hatimu… berubah. Kau bukan lagi manusia penuh.”
“Aku tahu,” sahut X pelan.
“Tapi tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa. Sejak dulu, aku memang tidak pernah sepenuhnya merasa manusia.”
🛏️ Beranjak dari Luka
X berdiri dari ranjang.
Tubuhnya masih terasa berat, tapi tidak selemah dulu. Otot-ototnya lebih padat. Refleksnya tajam. Ia mengenakan kemeja hitam tipis dan celana pelayan seperti biasa, lalu melangkah keluar.
“Mau ke mana?” tanya Elhira.
“Bekerja. Mengepel lantai. Menyapu lorong. Memikul mayat seperti biasa.”
“Kau masih ingin jadi pelayan?” Elhira mengernyitkan dahi.
“Aku tak pernah menginginkan apa pun, jadi kurasa aku akan tetap melakukan apa yang biasa.”
Tiba-tiba, suara berat dan bergema datang dari belakang mereka:
“Itu bukan pekerjaanmu lagi.”
Pertemuan di Balai Takhta
Raja Vampir berdiri di ambang pintu aula, mengenakan jubah berduri yang bergelombang di lantai seperti kabut hitam.
Wajahnya tajam seperti pahatan batu, namun malam itu, matanya tidak menunjuk marah atau jijik.
Ia hanya… mengamati.
“X,” ucapnya.
“Kau telah melewati hal yang tidak pernah manusia biasa lewati. Kau bertahan, bahkan setelah darahku mengalir dalam tubuhmu melalui anakku.”
“Aku tidak memintanya,” jawab X.
“Benar. Tapi tubuhmu menerima. Dan sekarang... kau bukan lagi manusia.”
X menatap tangan dan kukunya, lalu berkata pelan:
“Jadi aku... vampir?”
“Kau... sesuatu yang lebih.”
Raja Vampir berjalan mendekat. Elhira berdiri di samping, seperti penjaga dan saksi.
“Mulai malam ini, kau bukan pelayan lagi. Kau bukan budak. Kau adalah Bayangan Darah, pangkat langka dalam istana kami. Pengawal pribadi. Eksekutor. Mata dan tangan yang bekerja dalam senyap.”
X terdiam.
“Aku tidak butuh jabatan.”
“Tapi kau butuh arah. Dan sebagai darah bangsawan, kau tak bisa hidup tanpa peran. Kau akan berlatih. Bertugas. Misi pertamamu dimulai minggu depan. Kau akan dilatih di Ruang Dalam.”
“Jika aku menolak?”
“Kau bebas melakukannya,” kata sang Raja,
“Tapi tubuhmu akan meronta. Insting barumu tak akan membiarkanmu hidup tenang. Percayalah... aku tahu rasanya.”
Ruang Dalam — Tempat Pelatihan Vampir Darah Murni
Keesokan malamnya, X dibawa ke Sayap Dalam Kastil, bagian yang tak pernah ia masuki sebelumnya.
Di sanalah tempat vampir muda dilatih: ruang batu berlapis rune kuno, senjata dari tulang naga, dan patung-patung besar para leluhur vampir.
Pelatihnya adalah seorang vampir tua bermata putih bernama Master Koral, yang konon telah membunuh 1000 manusia dengan tangan kosong.
“Kita mulai dari bawah,” katanya kepada X.
“Kau darah baru. Tapi matamu… punya sesuatu yang sudah lama tak kulihat.”
🩸 Transformasi dan Latihan
Hari-hari berikutnya, X berlatih mengendalikan kekuatan barunya.
Ia belajar berlari di dinding. Ia belajar menghilang dalam bayangan. Ia belajar mengendalikan rasa lapar terhadap darah manusia yang mulai timbul setiap malam.
Tapi yang paling mengejutkan, adalah saat ia mencoba melompat dari balkon latihan setinggi 20 meter… dan mendarat tanpa cedera.
Tubuhnya kini hampir tak bisa dihancurkan. Namun pikirannya tetap milik X — manusia yang tidak pernah punya rumah.
Percakapan Malam di Balkon
Suatu malam, Elhira datang ke balkon tempat X duduk diam.
“Kau tidak pernah tersenyum lagi,” katanya.
“Mungkin karena aku kehilangan semua yang kupercaya. Dan sekarang... aku tak tahu siapa diriku.”
“Kau X,” kata Elhira.
“Kau pelayan paling keras kepala yang pernah kutemui.”
X tersenyum tipis.
“Dan kau masih ‘Ratu Manja’ dalam daftar panggilanku.”
Elhira mendesah.
“Kau sadar... aku digigit oleh manusia yang menjadi vampir karena aku. Itu berarti kita... terikat.”
X menatap matanya.
“Kita sudah terikat bahkan sebelum gigitan itu.”
Ilustrasi Momen Cerita Saat Ini
Gambaran saat X berdiri di ruang latihan, matanya bersinar samar merah gelap, kuku tajam, tubuhnya dalam pose bertahan. Di sampingnya, bayangan Elhira memperhatikannya dari kejauhan, dan di belakang, Raja Vampir memantau dalam diam.
(To be Continued).
Episode Selanjutnya
https://squfi.blogspot.com/2025/10/vampire-stories-x-episode-8-bayangan-di.html
Episode Sebelumnya Luka Darah dan Rasa yang Terlarang
https://squfi.blogspot.com/2025/10/vampire-stories-x-episode-6-luka-darah.html
.png)
0 Response to "Vampire Stories X Episode 7 Darah Baru, Dunia Baru"
Post a Comment