Vampire Stories X Episode 6: Luka Darah dan Rasa yang Terlarang
Waktu dalam cerita: Hari ke-5 setelah X keluar dari kastil
Tempat: Hutan liar, reruntuhan bekas desa vampir, dan kembali ke Kastil Elvaron
Tanpa Arah, Tanpa Tujuan
Langkah X menyusuri hutan seperti hantu tanpa rumah. Dedaunan basah menempel di kakinya, ranting menampar wajahnya saat ia menerobos semak. Bajunya compang-camping dan darah bekas luka kecil di lengan mulai kering.
“Kenapa aku pergi…?” gumamnya.
“Kenapa terasa hampa…?”
Ia berjalan tanpa arah. Tidak tahu ke mana. Tak ada desa manusia terdekat. Hanya kabut, ranting, dan suara hutan malam.
Suara angin seperti bisikan yang menyuruhnya kembali. Tapi dia tahu… tidak bisa kembali.
Di Dalam Kastil
Di waktu yang sama, di Kastil Elvaron, Raja Vampir membuka pintu kamar Elhira dengan langkah berat.
“Elhira, aku ingin berbicara—”
Namun kosong.
Tirai jendela bergoyang tertiup angin. Pintu balkon terbuka lebar.
“ELHIRA!!”
raung sang Raja, dan obor di sekeliling ruangan padam dalam sekejap.
Matanya berubah merah menyala. Taringnya keluar. Ia tahu… anaknya pergi mengejar manusia.
Pertemuan Tak Terduga
Di tempat lain dalam hutan, X menghentikan langkahnya saat mendengar suara... jeritan.
“AARRRGH!!!”
Ia bersembunyi di balik pohon. Di kejauhan, di sebuah reruntuhan batu tua, ia melihat sosok yang dikenalnya — Elhira, dalam wujud monsternya.
Sayapnya robek. Salah satu matanya menghitam. Ia bertarung melawan dua pembunuh vampir bersenjata tombak perak.
Mereka bukan manusia biasa — mereka adalah Vigil, klan pembasmi vampir bayaran.
X gemetar. Tapi ia tidak bisa hanya menonton. Itu Elhira. Orang yang menyelamatkannya, yang membuatnya merasa hidup.
“Aku bodoh,” gumamnya.
Ia meraih topeng kayu tua dari tanah, mengikatkannya ke wajahnya, dan meraih tongkat patah miliknya — tongkat pel lama yang ia asah diam-diam menjadi runcing.
“Tapi aku lebih bodoh kalau membiarkan dia mati.”
Serangan dari Bayangan
Saat salah satu pembunuh akan menusukkan tombaknya ke Elhira, X meloncat dari semak.
BRAK!
Tongkatnya menghantam kepala si pembunuh dari belakang.
“APA—!?”
Elhira sempat melirik. Matanya melebar.
“X!?”
Tapi tidak ada waktu untuk bicara. X berputar, menghindari tombak lawan kedua dan menusuk perutnya. Darah menyemprot ke tanah.
Namun sebelum ia bisa menyerang lagi, pembunuh pertama yang bangkit kembali menebas ke arah X — dan pedangnya mengenai leher X.
“GHHH—!”
X terjatuh. Darah muncrat dari luka di lehernya. Dunia mulai gelap. Ia hanya mendengar suara Elhira menjerit, dan langkah berat seseorang mendekat dari langit.
Raja Vampir Datang
Dari langit malam, seperti meteor kegelapan, sang Raja Vampir dalam bentuk monster mendarat keras di tanah.
Sayap hitamnya mengembang lebar. Tubuhnya dua kali tinggi manusia. Matanya seperti bara neraka.
“MENYENTUH DARAHKU!?”
raungnya.
Dengan satu ayunan cakar, ia merobek tubuh pembunuh pertama hingga hancur. Yang kedua mencoba lari, tapi ekor sang raja menusuk jantungnya dari belakang dan mengangkat tubuhnya tinggi sebelum dilempar jauh ke tanah.
Elhira berlutut di sisi X. Wajahnya panik.
“Ayah! Dia… dia berdarah banyak!”
Sang Raja berjalan mendekat. Menatap tubuh X yang hampir tak bernyawa.
“Dia bodoh. Tapi… dia menyelamatkanmu.”
Ia berlutut. Tangannya, yang berdarah dan bersisik, menyentuh luka di leher X.
“Dia akan mati dalam beberapa jam.”
Elhira menangis.
“Jangan biarkan dia mati… aku… aku mohon.”
Sang Raja memandang putrinya. Lalu memandang X.
“Kalau dia hidup… dia bukan manusia biasa lagi.”
“Aku tahu…” bisik Elhira.
“Aku akan tanggung jawab.”
Tiga Hari Tanpa Kesadaran
Tiga hari. Tubuh X terbaring di kamar pribadi Elhira. Lehernya dibalut perban gelap. Nafasnya nyaris tak terdengar. Darah telah dibersihkan, tapi luka itu tetap terlihat dalam.
Dan akhirnya, malam keempat…
“Hmm… Rasanya… sakit…”
suara serak terdengar dari tempat tidur.
X membuka matanya perlahan.
“Apa yang… terjadi?”
Elhira yang duduk di sampingnya langsung bangkit.
“Kau sadar!”
Raja Vampir berdiri di sisi ruangan, diam-diam. Ia mendekat.
“Kau tertidur selama tiga hari.”
X menatap sekeliling. Pandangannya buram. Tangannya menyentuh leher.
“Kenapa... leherku... seperti... digigit?”
Sunyi. Elhira memalingkan wajah. Raja Vampir menyempitkan mata.
“Pertanyaan yang salah,” gumamnya.
“Pertanyaan yang tepat adalah… siapa yang menyelamatkanmu?”
X menoleh ke Elhira. Matanya membulat.
“Kau...?”
Elhira menggigit bibirnya.
“Kau kehilangan terlalu banyak darah. Aku... aku harus melakukannya. Sedikit saja… agar kau tidak mati.”
Raja Vampir menghela napas keras.
“Kalau dia bukan manusia terkutuk, dia sudah mati. Tapi tubuhnya menerima gigitan itu. Dia... berubah. Perlahan.”
X duduk dengan susah payah.
“Berubah...? Maksudmu... aku jadi vampir?”
“Belum,” jawab sang Raja.
“Tapi kau bukan manusia biasa lagi. Dan jika kau tinggal lebih lama di sini... kau akan kehilangan semuanya — bahkan nama manusiamu.”
Patah dan Pengakuan
X memandang ke luar jendela. Langit malam masih sama. Tapi semuanya berbeda.
“Jadi... aku tak bisa kembali ke dunia manusia. Dan aku tak bisa jadi vampir juga.”
“Kau di antara,” kata Elhira pelan.
“Seperti aku…”
“Seperti... kau?”
tanya X.
Elhira menatapnya.
“Aku vampir… tapi aku tak pernah bebas. Aku tak bisa jadi manusia. Tapi aku juga bukan seperti ayahku.”
“Mungkin,” kata X, “kita berdua hanya... makhluk yang kesepian.”
Ilustrasi Momen Cerita Saat Ini
Ilustrasi menggambarkan X terbaring di ranjang dengan perban di leher, Elhira duduk di sampingnya dengan mata sembab, dan Raja Vampir berdiri di belakang mereka dalam bayangan, wajahnya keras namun penuh pertimbangan.
(To Be Continued)
Episode Selanjutnya
https://squfi.blogspot.com/2025/10/vampire-stories-x-episode-7-darah-baru.html
Episode Sebelumnya Antara Dua Dunia
https://squfi.blogspot.com/2025/10/vampire-stories-x-episode-5-antara-dua.html
.png)
0 Response to "Vampire Stories X Episode 6: Luka Darah dan Rasa yang Terlarang"
Post a Comment