-->

Vampire Stories X Episode 5: Antara Dua Dunia


Episode 5: Antara Dua Dunia

Waktu dalam cerita: Tahun pertama sejak X ditangkap

Tempat: Dapur kastil, ruang takhta, hutan luar kastil


Percakapan Tak Terduga di Dapur

Suara pisau menebas daging menggema di dapur besar kastil. Api biru dari tungku menyala rendah, dan aroma darah dari panci logam menguar tajam ke udara.


X tengah memotong daging mentah yang masih berdenyut, mengenakan apron berdarah dan tangan yang sudah dipenuhi bekas luka lama. Tubuhnya tampak jauh lebih kokoh dari setahun lalu, dan matanya, meski masih lelah, kini menatap dunia dengan penuh kesadaran.

Tiba-tiba, langkah lembut terdengar dari pintu dapur.


“Kau belum tidur?”

Suara itu lembut tapi bernada ingin tahu.

X menoleh. Di ambang pintu berdiri Elhira, mengenakan jubah tidur malam berwarna hitam kelam, rambut peraknya digerai liar, dan tatapannya tajam seperti biasa.

“Aku belum mengantuk. Banyak daging yang harus dipotong,” sahut X sambil kembali ke pekerjaannya.


Elhira berjalan perlahan mendekat.

Ia duduk di atas meja yang penuh darah tanpa ragu, menatap X dengan serius.

“Aku ingin tahu tentang masa lalumu.”


X tidak menjawab. Ia terus memotong daging. Suasana menjadi sepi, hanya terdengar bunyi tulang retak.


“X. Dengarkan aku,” lanjut Elhira.

“Kalau kau tidak mau cerita, aku akan... menusuk hatimu pakai garpu. Serius.”

X menghela napas. Ia tahu gadis ini tidak main-main.


“Kenapa kau ingin tahu?”


tanyanya, tanpa memandang Elhira.

“Karena… aku tidak suka tidak tahu,” jawabnya pelan.


“Aku hanya tahu kau muncul begitu saja di penjara bawah. Dan entah kenapa, kau masih hidup. Aku... penasaran.”


X terdiam cukup lama, lalu menurunkan pisaunya. Ia bersandar ke dinding, menatap lantai batu.


“Aku lahir di desa kecil. Ibuku mati saat aku umur lima. Ayahku... aku bahkan tidak tahu apakah dia manusia atau bukan. Sejak kecil, aku jadi pelayan di rumah bangsawan manusia. Tapi bukan pelayan... lebih seperti... pelayan.”


“Dibentak, dipukuli, tidak pernah dianggap.”


“Lalu?”


bisik Elhira, wajahnya mulai berubah lebih lembut.

“Suatu malam, mereka buang aku. Di tempat sampah belakang rumah. Aku hampir mati karena demam. Setelah itu... aku hidup di jalanan. Mencuri, memakan tulang busuk, kadang


dijual untuk eksperimen... Lalu... entah kenapa, aku terbangun di bawah kastilmu.”


“Kau tidak ingat bagaimana bisa ke sana?”

tanya Elhira.


X menggeleng.

“Tidak. Seperti... kabut.”


“Lalu kenapa kau masih di sini?”


X tertawa kecil.


“Karena... aku tak punya tempat lain. Dan anehnya... di tempat gelap penuh monster ini, aku merasa... sedikit lebih hidup.”


Elhira Membuka Diri

Suasana sunyi. Elhira menatap X dalam diam, lalu perlahan bicara.

“Aku juga sendirian.”


X menoleh.

“Ibuku dibunuh saat perang antar klan vampir. Ayah berubah sejak itu. Dingin, pendiam. Ia melindungiku, tapi juga mengurungku. Aku tidak pernah boleh keluar, tidak boleh bicara dengan manusia, tidak boleh apa-apa... Aku hanya boneka hidup dalam istana ini.”


“Maaf,” kata X pelan.


Elhira mengalihkan pandangan.

“Kenapa kau cuma bilang ‘oh begitu’ waktu aku cerita ini dulu?”

X nyengir.

“Karena aku tidak tahu bagaimana menghibur vampir. Tapi... aku mengerti rasa ditinggal, rasa terkurung. Jadi... maaf kalau jawabanku bodoh.”


Elhira menghela napas… lalu tersenyum kecil.

“Bodoh, iya. Tapi jujur.”


Panggilan dari Takhta

Beberapa hari setelah percakapan itu, ketika X sedang menyapu ruang pesta, dua penjaga datang menghampiri.

“Raja memanggilmu.”


X merasa perutnya berputar.

Ia dibawa ke Ruang Takhta, aula tinggi tempat Raja Vampir duduk diam di singgasana tengkorak. Obor hitam menyala di sekeliling ruangan. Elhira berdiri di samping, wajahnya tegang.


Raja Vampir bangkit perlahan.

“X. Kau telah tinggal di sini cukup lama.”


X menunduk.

“Aku mengamati. Kau berkembang. Kau tidak lagi takut. Kau bahkan membuat anakku... tertawa.”


Ia mendekat.

“Kau adalah anomali. Seorang manusia yang bisa hidup di antara kami. Tapi ini... sudah cukup.”


Tiba-tiba, tubuh sang Raja berubah, seperti dulu.

Kulitnya retak, sayap muncul, ekor mengibas. Giginya menjulur panjang, dan suara tulangnya melengking.

Ia berdiri sebagai monster tinggi mengerikan… dan perlahan meraih gelang leher di leher

X.


KLIK.

Gelang itu terlepas.


X terdiam.


“Kau bebas.”

“Pergilah. Dunia luar menunggumu.”


Elhira yang Terdiam

Elhira terkejut.

“Ayah… tidak!”


“Kau tahu batasnya, Elhira,” kata sang Raja.

“Kau vampir bangsawan. Ia hanya manusia. Jika terus bersamanya, kau akan melemah. Perasaan adalah racun bagi kita.”


“Tapi—!”

Raja mengangkat tangan.


“Cukup.”

Elhira menatap X. Matanya berkaca.


“Kau… benar-benar ingin pergi?” tanyanya, nyaris berbisik.


X menatap ke arah gerbang besar yang mulai terbuka.


Ia menatap Elhira.

Ia mengingat saat mereka bertengkar. Saat ia menyebutnya “Ratu Manja.” Saat ia tersenyum untuk pertama kalinya.


Lalu ia berpaling.

Dan melangkah keluar…

Tanpa sepatah kata.


Dunia Luar yang Hampa

Hutan malam menyambut X dengan kabut dingin dan angin sunyi. Bulan bersinar pucat di langit gelap. Untuk pertama kalinya dalam setahun, X menghirup udara luar.


Tapi... dadanya sesak.


Ia duduk di batu besar. Menatap bulan.

“Bebas… ya.”

“Tapi kenapa aku... merasa kosong?”

Ia mengingat wajah Elhira. Tawa jahilnya. Teriakan marahnya. Tatapan sunyinya di balkon malam.


“Kenapa... aku merasa meninggalkan rumah?”


Di Dalam Kastil

Elhira duduk di kamarnya, menatap jendela dengan mata hampa.

“Dia pergi...”


bisiknya.

Ia menggenggam sisir kayu tua yang pernah dipakai X menyisir rambutnya.


“Bodoh... manusia bodoh…”


Tapi air mata mengalir diam-diam.

Raja Vampir masuk perlahan ke kamarnya.


“Kau kecewa?” tanyanya.

“Dia satu-satunya yang membuatku merasa... hidup, Ayah.”

“Bahkan jika dia manusia.”


Raja Vampir duduk di kursi seberangnya. Wajahnya datar.

“Perasaan itu... adalah kelemahan.”

“Kalau begitu biarkan aku lemah…”


Ilustrasi Momen Cerita Saat Ini

Gambaran saat X duduk sendirian di hutan, memandang langit dengan ekspresi kosong. Di sisi lain, Elhira menangis di jendela kamarnya, memandangi malam yang sama. Kedua dunia saling berjauhan… tapi hati mereka terhubung.



(To Be Continued)


Episode Selanjutnya  Luka Darah dan Rasa yang Terlarang


https://squfi.blogspot.com/2025/10/vampire-stories-x-episode-6-luka-darah.html

Episode Sebelumnya Episode 4: “Ratu Manja” dan Pedang Bayangan


0 Response to "Vampire Stories X Episode 5: Antara Dua Dunia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel