Vampire Stories X Episode 10 Malam yang Tidak Biasa
Waktu dalam cerita: Malam ke-279
Tempat: Kastil Elvaron – Ruang Takhta, Dapur Tengah, Lorong Atas, Kebun Batu Istana
Kembali ke Kastil
Langkah kaki X bergema pelan di lorong utama kastil. Tudungnya robek, wajahnya tertutup sebagian dengan kain gelap, dan bau asap kayu serta darah kering menempel di tubuhnya. Ia melewati penjaga vampir yang memandangnya dengan mata tajam, namun tak ada yang menghentikannya.
Ia telah berubah… dan mereka bisa mencium itu.
Sesampainya di Ruang Takhta, ia berlutut di hadapan Raja Vampir yang duduk dalam bayangan singgasananya, dengan Elhira berdiri di sisi kanan ayahnya.
“Lapor, misi di desa Harthval selesai. Empat pemburu diketahui. Taktik dan senjata telah dicatat. Ancaman… sedang berkembang.”
Raja Vampir menatap X lama. Matanya yang menyala merah tidak tampak menghakimi — hanya mengamati.
“Tubuhmu terluka. Jiwamu terguncang. Tapi kau kembali.”
“Saya tidak gagal,” jawab X.
Raja Vampir berdiri perlahan.
“Kau masih terlalu... manusia. Tapi juga bukan sepenuhnya milikku.”
Ia melangkah turun dari singgasana dan menepuk bahu X.
“Istirahatlah malam ini. Kau telah menjadi darah bayangan yang setia. Aku akan memanggilmu kembali jika waktunya tiba.”
Kembali ke Dapur
X menanggalkan jubahnya dan kembali ke dapur tengah, tempat dulu ia menghabiskan waktu sebagai pelayan. Dapur masih hangat, aroma tulang direbus dan anggur darah menguar di udara.
Di sana, seorang pria tua berjenggot abu-abu — mantan pelayan senior bernama Gerem — sedang mencuci alat potong.
“Wah... lihat siapa yang kembali. Si sandra kecil dengan tangan penuh luka!”
“Dan kau masih hidup, Tuan Seribu Luka.”
X tersenyum kecil.
“Darahmu sudah berubah, tapi sikapmu belum. Bagus itu.”
Mereka duduk bersama. Gerem memberinya secangkir darah hangat bercampur kaldu. Rasanya… aneh. Tapi menenangkan.
Eksperimen Gila: Sup Bawang Vampir
Beberapa jam kemudian, saat semua pelayan pergi tidur, X diam-diam kembali ke dapur. Ia menutup pintu, menyalakan api kecil, dan mengeluarkan sebungkus kecil bawang putih dari kantong dalam jubahnya.
“Ayo, X. Kali ini kau menahannya.”
Ia memotong bawang, mencampurkannya ke dalam bubur darah hewan dan air jamur hitam. Uap menyengat langsung menusuk hidungnya.
Ssssst…
Matanya memerah, kulitnya gatal. Tapi… ia tidak kabur.
Ia duduk, menahan nafas, dan perlahan meminum satu sendok. Tubuhnya gemetar. Tapi kali ini… tidak muntah.
“Aku bisa menahannya... sedikit.”
Ia tersenyum. Tanda bahwa tubuhnya mulai kuat, atau justru... rusak?
Elhira Mengagetkan
“APA KAU LAKUKAN!?”
X hampir menjatuhkan mangkuk. Di belakangnya, berdiri Elhira, mengenakan jubah tidur tipis dan rambut yang dikepang separuh.
“JANGAN bilang kau... makan… BAWANG!?”
“Hanya sedikit… sebagai latihan.”
“Kau gila!”
“Lebih gila dari gadis vampir yang suka mengejutkan orang tengah malam?”
X tersenyum.
“GRRR—!”
Elhira mencubit pipi X.
“Kau tahu, kau makin berani sejak kembali dari misi.”
Ajakan Tak Terduga
“Ayo ikut aku,” kata Elhira tiba-tiba.
“Ke mana?” tanya X, mengusap pipinya.
“Nanti juga tahu.”
“Kalau ini jebakan, aku akan menyiramkan sup bawang ke kepalamu.”
“Kalau itu kau lakukan, aku akan mencabut taringmu satu per satu.”
💫 Malam Berdua di Taman Batu
Mereka berjalan menyusuri lorong kastil yang tenang. Elhira menggandeng lengan X, meski X terlihat kikuk.
Mereka tiba di taman batu tersembunyi di belakang kastil — tempat sunyi yang dipenuhi batu berlumut, obor biru, dan bunga-bunga hitam yang hanya mekar saat bulan purnama.
Elhira duduk di atas batu besar, lalu menarik X duduk di sampingnya.
“Aku sering ke sini sendirian. Tapi malam ini… aku ingin ditemani.”
“Kenapa aku?”
X menunduk.
“Karena… aku tidak bisa bicara begini pada siapa pun. Bahkan Ayah.”
Sunyi sejenak.
“Kau tahu,” Elhira melanjutkan,
“Aku sering berpikir… kalau kau tidak pernah datang, mungkin aku masih monster yang membosankan.”
“Dan aku... masih sandra tanpa nama.”
Elhira memandangnya. Matanya berkaca.
“Kau berubah, X. Tapi hatimu masih keras kepala.”
“Aku tidak tahu caranya... berpacaran,” kata X tiba-tiba, polos.
Elhira terdiam... lalu mencubit pinggang X.
“AKU TIDAK BICARA ITU!” teriaknya.
“AARGH! Bodoh! Aku hanya… hanya—!”
“Kau hanya apa?” X menatapnya.
Elhira memalingkan wajah.
“Hanya ingin jalan-jalan. Itu saja.”
“Aku senang. Terima kasih,” kata X dengan suara pelan.
Ilustrasi Momen Cerita Saat Ini
Gambaran X dan Elhira duduk berdampingan di taman batu yang sunyi, diterangi cahaya biru dari obor dan cahaya bulan pucat. Di depan mereka bunga hitam bermekaran, dan tangan Elhira nyaris menyentuh tangan X — namun tak berani lebih.
.png)
0 Response to "Vampire Stories X Episode 10 Malam yang Tidak Biasa"
Post a Comment