-->

Vampire Stories X Episode 11 Bangkitnya Amarah

Waktu dalam cerita: 6 bulan setelah misi pertama X

Tempat: Kastil Elvaron, Hutan Timur, Sungai Aethra, Desa pinggiran


Kehidupan Seorang Vampir

Selama enam bulan terakhir, X menjalani kehidupannya sebagai vampir bayangan. Tubuhnya telah sepenuhnya menyesuaikan: ia kini mampu berlari sejauh lima kilometer dalam satu menit, memanjat tembok seperti serigala, dan melihat di dalam kegelapan total.

Namun bukan hanya tubuhnya yang berubah. Pikirannya pun mulai... kabur.

Ia mulai melupakan suara ibunya.

Mulai merasa geli mendengar suara manusia tertawa.

Mulai menganggap rasa sakit orang lain sebagai hiburan.

Dan malam itu, saat ia sedang berdiri di balkon atas istana, memandangi bulan hitam… sesuatu di dalam dirinya pecah.


Kemarahan yang Mendidih

Di tengah rapat malam para bangsawan vampir, di ruang makan kerajaan, X duduk bersandar dengan satu tangan menopang kepalanya. Beberapa vampir tua sedang berdiskusi tentang aliansi baru, dan Raja Vampir hadir di tengah mereka.

Elhira duduk tak jauh dari X. Ia meliriknya dan tersenyum kecil, tapi X… tidak membalas.

Suara para bangsawan makin keras. Bicaranya politik, strategi, dan “manusia-manusia rendahan.”

Sesuatu di dalam kepala X meletup.

“SIALAN!”

Ruangan langsung hening.

“APA YANG KAU KATAKAN?” tanya salah satu bangsawan tua.

“Aku bilang SIALAN, dan kalian semua bajingan!”

Raja Vampir menatap tajam. Elhira berdiri perlahan, wajahnya bingung.

“X…”

“Ada apa denganmu?”

“BODOH! Kalian semua hanya tahu bicara. Bicara dan bicara! Selama berabad-abad, kalian hanya duduk di sini, memikirkan kekuasaan, darah, dan keturunan!”

“Jaga mulutmu!”

“Kau darah bangsawan, tapi tetap sandra asalnya!” bentak salah satu pejabat tua.

“YA!” teriak X sambil menunjuk ke wajahnya sendiri.

“Sandra! Anak sampah dari tempat pembuangan! Anak manusia yang dikencingi di jalanan! Yang kalian anggap pantas MATI!”

Tangannya menggenggam rambutnya. Kepalanya terasa seolah terbakar dari dalam.

“X, cukup!” seru Elhira, kini maju mendekat.

“TIDAK!”

“Aku muak. Aku muak dengan kalian, dan aku muak dengan diriku sendiri!”


Pelarian ke Sungai Aethra

X berlari keluar dari kastil, langkahnya membelah lorong-lorong dingin dengan kecepatan mengerikan. Beberapa pelayan vampir menjauh, tak berani menyentuhnya. Ia berlari hingga keluar dari gerbang belakang, melewati taman batu dan ke dalam hutan Timur, tempat Sungai Aethra mengalir seperti ular menghitam di bawah bulan.

Ia berdiri di tepi sungai, memegang kepalanya.

“Kenapa aku begini…”

“Kenapa aku... begitu penuh amarah?”

Bayangan masa lalu datang seperti semburan darah:

Wajah ayah angkatnya menendangnya keluar rumah.

Suara tertawa anak-anak manusia saat dia kelaparan.

Tubuh kecilnya yang gemetar di antara tong sampah.

“Mereka tak tahu rasanya.”

Air sungai mencerminkan wajahnya. Tapi bukan wajah manusia. Wajah vampir — tapi belum penuh.

Dan saat itulah... ia meledak.


Wujud Monster yang Baru

Suara tulang patah dan kulit robek mengisi udara malam.

Punggung X pecah dan dua sayap bersisik menjulur tajam dari tulangnya. Matanya menyala merah api. Kukunya memanjang seperti sabit. Lidahnya menjadi lebih panjang dan bercabang. Tubuhnya menghitam seperti arang.

Ia berteriak ke langit — suara dalam antara manusia dan makhluk purba.

“AAAAAAAAARGGHHHHH!”

Seekor rusa kecil yang minum di sungai melihatnya… dan langsung diserang.

X menerkam makhluk itu, mencabik perutnya, lalu meminum darahnya sambil menggeram seperti binatang buas.

“Lebih…”

“AKU BUTUH LEBIH!”


Pembantaian di Desa Pinggiran

Ia terbang — atau lebih tepatnya, melompat dengan sayap menghentak tanah — menuju desa pinggiran kecil di luar hutan.

Ada tiga rumah. Tiga keluarga manusia. Seorang ibu sedang menidurkan anak. Seorang pemuda menimba air.

DOR! — X menghancurkan dinding kayu rumah.

Teriakan meledak.

X tak lagi melihat manusia. Ia melihat bayangan masa kecilnya sendiri.

Ia menerkam sang pemuda, menggigit lehernya hingga darah memancar. Ibu berteriak dan dilempar ke dinding. Anak kecil bersembunyi di bawah tempat tidur.

“JANGAN...!”

“Tolong...!”

Tapi X sudah tak mendengar.


Di Kastil: Getaran Ketakutan

Raja Vampir berdiri di balkon istananya, matanya menatap ke timur.

“Dia... bangkit.”

Elhira, yang kini duduk di kamarnya sambil menggenggam potret kecil X yang ia lukis sendiri, tiba-tiba berlari keluar.

“Ayah... X... dia...”

“Aku tahu.”

“Kita harus menolongnya!”

“Atau membunuhnya.”

“Jika dia telah kehilangan kendali sepenuhnya, dia akan menjadi ancaman bagi kita semua.”


Ilustrasi Momen Cerita Saat Ini

Ilustrasi X dalam wujud monster vampir, bersayap dan bermata merah api, berdiri di atas reruntuhan rumah desa kecil, darah menetes dari taringnya, dan bulan di belakangnya tertutup kabut pekat.

0 Response to "Vampire Stories X Episode 11 Bangkitnya Amarah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel